Minggu, 08 Mei 2011

FF oneshot - is your love, plus my love, supa luv (1st part)

Title                : Is your love? Plus my love, supa luv.. (1st part)
Author            : Syifa Nur Afifah a.k.a Ahn Neulhyo
Genre             : Romance
Rating             : G
Length            : 2shot
Main Casts     : Ahn NeulHyo, Han DaeRa <<DaeHyo couple (hahaha)>>

Author’s Note : annyeong, mau bikin FF tapi buat iseng-iseng saja. Semoga bermanfaat dan bisa menambah inspirasi readers.. huahahaha… (evil laugh) #abaikan

Oke. Bagi yang keberatan ditag, boleh minta remove kok. Bagi yang udah baca, jangan cuma like aja. Kasi komentar yah. Biar author tau FFnya aneh atau gimana..
Gomawoo..
Happy reading..
------------------

~~La La La La La Tell me that u love me, too..
deo chaja bwatja ireon nyeoseok eobseo..
I got that Supa luv that Supa luv..
She want my Supa luv my supa luv~~

------------------------

_NeulHyo’s POV_


“aigoo..” aku melirik jam tangan yang aku kenakan. Sudah setengah jam penuh aku berdiri di depan pameran umum foto dan lukisan yang diadakan besar-besaran di universitas hanyang ini.

~~geudaeneun darling bamhaneul byeolbitboda areumdawoyo.. nae maeum sok gipeun goseseo banjjakgeorineun namanui sarang bit….~~

Ponselku berbunyi di saku celana. Lalu aku mengambil ponsel itu dan melihat siapa yang menelepon.

---MinHyun^^;;;

Dengan cepat aku menekan tombol hijau yang ada di ponselku itu.

“YA~!! EODISSNEUNGEOYA??” teriakku. Beberapa orang yang lewat menoleh heran (sekaligus kaget) kepadaku. Aku tak menghiraukannya.

“mi.. mianhae~ jeongmal mianhaaee~~~ aku tak jadi ikut kesana..” ujarnya.

“wae geurae?” tanyaku.

“hhh.. nae namdongsaengi.. sedang dirawat di rumah sakit, dia terkena gejala typus. Aku harus menjaganya selagi menunggu appa dan eomma pulang dari Tokyo.” Jawabnya dengan nada bersalah.

Mau tak mau aku tak tega juga, “ne, joha.. kalau begitu aku masuk duluan. Nanti aku akan menjenguk adikmu. Dia di incheon?” tanyaku.

“mm! ne.. selamat bersenang-senang. Sebenarnya aku ingin sekali ikut..” katanya.

“baiklah, mungkin lain kali. Atau kau buat saja pameranmu sendiri di rumah sakit. Hahaha..” candaku.

“ya! Apa itu adalah ejekan? Kau tahu aku tak bisa membuat potret yang bagus apalagi menggambar.. yasudahlah, have a nice day, annyeong~”

“ne”

Setelah itu aku memasukkan kembali ponselku kedalam saku celana. Hari ini aku mengenakan baju harajuku style berwarna putih lengan panjang dengan slayer berwarna orange tua dibagian atas dan aku pakai sweater tanpa lengan berwarna merah bata untuk bagian luarnya. Dan bawahan celana jeans panjang yang aku sempurnakan dengan sepatu converse berwarna kuning. Benar-benar style yang ramai. Rambut hitamku yang pendek kuikat dengan model kuncir satu seperti gaya rambut lee hongki di drama you’re beautiful.

Dengan mantap kulangkahkan kaki menuju dalam pameran. Area pameran ini sebenarnya adalah area indoor yang biasa digunakan untuk berlatih cheerleaders atau taekwondo. Karena tempat ini lumayan luas.

Setelah aku memberikan tiket masuk, aku mulai melihat-lihat foto yang terpajang disana. Mulai dari gambar potret anak-anak sedang bermain batu gunting kertas, sampai ke bagian sepeda tua yang dipotret. Entah aku sudah tak pernah melihat sepeda tua itu lagi. Hebat sekali fotografer itu sampai-sampai bisa menemukan objek yang bernilai jual tinggi dan dengan objek yang langka. Dibagian samping area foto, ada pula lukisan-lukisan yang dibuat oleh club seni lukis. Dengar-dengar, pelatihnya pun bukan sembarangan, dia didatangkan khusus dari eropa untuk mengajar di universitas ini.

Kulangkahkan kaki menuju lukisan-lukisan lain. Didaerah sini, sepi. Hanya aku dan seorang namja yang sedang mengamati dengan seksama lukisan didepannya. Dilehernya terkalungkan sebuah kamera yang sudah canggih (dan sepertinya harganya melebihi harga sebuah sepeda motor). Aku tak menghiraukan namja itu dan tetap melanjutkan acaraku sendiri. Sampai sampai…

BRUKK…~!!!

Tubuh kami bertarakan dari arah yang berlawanan. Karena tubuhku jauh lebih kecil dari dia, aku oleng dan terjatuh.

“YA~!” bentakku. Sambil memegangi pinggangku yang sakit sesampai di daratan.

“mianhaeyo.. gwenchana?” Tanya namja itu. Sembari mengulurkan tangannya padaku untuk membantuku berdiri.

“aniyo! Aku bisa berdiri sendiri.” Aku menepis tangan itu kasar.

Namja itu menurunkan tangannya. Aku mencoba untuk berdiri, setelah berhasil berdiri dengan kedua kakiku, tiba tiba aku kembali oleng. Badanku sudah hampir ambruk. Kupejamkan mata dengan keras. Berharap ada keajaiban datang. Kemudian, kubuka mata dengan perlahan, ternyata aku tidak berada dibawah lantai. Melainkan berada dipelukan namja itu~

Untuk beberapa saat mata kami bertemu.


…..

…..

Setelah aku sadar dan aku masih berada di pelukan namja itu, aku merasakan mukaku sangat merah karena malu. Dia membantuku berdiri dan aku mengibaskan celana bagian belakangku yang kotor.

“thanks.” Ujarku. Tanpa melihatnya sedikitpun.

“never mind. Geundae, hati-hati saja kalo’ jalan. Kau hampir saja menabrak kamee-chan” ujarnya.

Aku menoleh dan alisku terangkat. Bingung. “kamee-chan? Nugu?” tanyaku.

Dia tak menjawab. Hanya menunjuk kamera yang terkalungkan dilehernya. Aku mengangguk mengerti. “mianhae..” ujarku singkat.

Namja itu hanya mengangguk pelan. Lalu kami melanjutkan aktivitas masing-masing kembali.

----------------------

Setelah satu jam penuh berkeliling di pameran, aku keluar dari area itu. Kurasakan perut ini sudah meronta-ronta minta makan. Kulangkahkan kakiku menuju kantin yang jaraknya tak terlalu auh dari area pameran ini.

@kantin

“ahjumma, aku pesan sepiring tteokbokki dan ice lemon tea ya” ujarku pada penjual di kantin itu.

“joha,” jawabnya.

Tak lama kemudian, makanan itu diberikan padaku. Lalu aku membalikkan badan untuk mencari tempat duduk.

“aish~ kenapa tempat ini ramai sekali?” desahku pelan.

Lalu aku melihat di pojok kantin ada sebuah kursi yang kosong hanya ada seorang namja yang sedang menikmati makanannya juga. Baiklah, aku akan kesana. Kuharap namja itu tak keberatan jika aku menumpang.

Kulangkahkan kaki menuju kursi itu. “chogi, apa aku boleh menempati kursi ini? Karena kantin ini sudah pen…”

Namja itu mendongakkan wajahnya. Aku tertegun. Dia namja yang ada di pameran tadi!

“neo..” ujarku pada namja itu.

“ah~ kajja, duduk saja” ujarnya sambil tersenyum. Eh? Dia senyum?

“go.. gomawo..” lalu aku duduk di kursi depannya. Aku melihat Kamee-chan yang katanya nama kameranya itu tergeletak diatas meja.

Namja itu melanjutkan acara makannya. Kulihat, menunya sama denganku. Sepiring tteokbokki dan segelas lemon tea. Aku melihatnya dengan seksama.

Karena merasa diperhatikan, namja itu menghentikan acara makannya. “wae? Apakah ada sesuatu diwajahku?” dia mengusap-usap pipinya berusaha mencari sesuatu yang  dia kira menempel di wajahnya itu.

“ahaha.. aniyeo. Aku tak pernah melihatmu sebelumnya. Kau bukan mahasiswa sini?” tanyaku sambil memulai menyantap tteokbokki didepanku.

“geure, aku dari Inha. Choeneun Han DaeRa Imnida. Neon, nuguya?” tanyanya.

“jinjja? Choeneun NeulHyo imnida. Ahn NeulHyo” ujarku.

Dia mengangguk mengerti “tapi aku kadang mampir kesini untuk merasakan enaknya tteokbokki Hanyang yang terkenal ini” aku hanya mengangguk setuju, dan melanjutkan acara makan-makan. Setelah limabelas menit berlalu, piring yang berada di depan kami sudah kosong semua.

“darimana kau tahu kalau diadakan pameran disini?” tanyaku padanya.

“cho sam. Nae seongsaengnim. Dia salah satu fotografer di pameran tadi. Kau lihat kan, ada sebuah lukisan sepeda tua disana tadi? Itu hasil potretannya.” Katanya.

Aku mengangguk mengerti. “aa.. arasseo. kau juga fotografer?” tanyaku.

“ne, tentu saja.” Lalu dia mengambil Kamee-chan. Dan mengutak-atiknya. Jujur saja, aku tak tahu sama sekali dengan dunia fotografi. Aku hanya suka melihat foto hasil potretan orang.

DaeRa mendekatkan kameranya itu kewajahnya. “hana, tul, set. Kimchi~!” ckrek~

Aku yang sedang melamun, kaget tiba-tiba namja didepanku ini mengambil foto diriku.

“ya!” ujarku sedikit membentak.

“waeyo? Fotomu ini bagus. Sangat natural. Boleh kusimpan?” tanyanya.

“mwo? Aigo! aniyeo.. cepat hapus foto tadi..!” ujarku dengan nada memaksa.

“eobseoyo..” katanya dengan menggoyangkan jari telunjuknya didepanku.

“ya! Neo sarami~ ppali.. kalau tidak, biarkan aku yang menghapusnya” aku hendak mengambil kamera itu. Sayangnya dia langsung menutupi kameranya dibawah meja dengan kedua tangannya. Lagipula meja ini terlalu jauh. Aku tak dapat menjangkaunya.

“sudahlah, lagipula foto ini kan hanya satu. Aku janji tak akan mempublikasikannya. Geokjeongma.” Ujarnya menenangkanku.

“hh..” desahku. Aku menggembungkan pipiku. Memang ini menjadi kebiasaanku jika sedang kesal.

Dia meletakkan Kamee-chan diatas meja. Anehnya, aku tak berusaha untuk mengambilnya apalagi menghapus foto itu. Lalu dia bersendekap diatas meja dan meletakkan kepalanya diatas kedua tangannya. Wajahnya melihat kearahku.

“ya! mworago?” alisku terangkat.

“aniyo. Wajahmu lucu saat seperti itu.” Ujarnya sambil tersenyum. Lagi.

Tiba-tiba wajahku menjadi merah. Uwaaaa… kenapa aku jadi seperti ini? NeulHyo-aa.. ige mwoya?

“NeulHyo-ssi, boleh aku meminjam ponselmu?” Tanya DaeRa lagi. Dia mengangkat kepalanya seperti semula.

“ha? Untuk apa?” tanyaku heran. Aneh sekali, kamera yang harganya melebihi harga sebuah sepeda motor saja punya. Masa’ ponsel saja tidak punya? Batinku.

“ada deh. Ppali..” ujarnya.

Akhirnya aku menurut dan mengambil ponselku yang ada di saku celana. Saat kuberikan ponsel itu, tangan satunya merogoh sesuatu di saku celana jeansnya. Ternyata yang diambil adalah sebuah ponsel.. yang sangat mirip dengan milikku.

“ya! Bukankah kau mempunyai ponsel sendiri? Kembalikan ponselku!” pintaku.

Dia tidak menghiraukan perkataanku. Sial. Mau apa dia dengan dua ponsel di tangannya itu?

~~geudaeneun darling bamhaneul byeolbitboda areumdawoyo.. nae maeum sok gipeun goseseo banjjakgeorineun namanui sarang bit….~~

Suara ringtone CN Blue – love light mengalun dari ponselku. Berarti ada yang menelepon keponselku itu.

“ya! Kau apakan ponselku itu?” ujarku kembali.

“aniyeo.. geundae, ternyata selera musik kita sama ya. Kau suka grup band CN Blue?” tanyanya tiba-tiba.

Mendengar band kesayanganku itu disebut sebut, aku langsung mengangguk. “jinjja? Kau suka cn blue juga, DaeRa-ssi?” tanyaku kaget.

“nih, ponselmu kukembalikan.” Ujarnya sambil memberikan ponselku. “sekarang, coba kau miscall nomor yang baru kuberi. Itu nomorku.” Ujarnya.

Aku melihat sederet nomor yang asing. “joha..” ujarku. Lalu kupencet tombol hijau untuk memanggil.

~~Tell me why why why neoman wonhago ittjanha… No bye bye bye keureon seulpeun mareun hajima… I can try try try dashi doraondamyun… You know I want get get get your love~~

DaeRa menunjukkan layar ponselnya yang berbunyi. Ya, dia tidak berbohong. senyuman kecil tersungging dibibirku.

“aku suka sekali lagu ini” Kata DaeRa.

Aku mengangguk setuju. “ne, nado joha. Aku mulai suka cn blue gara-gara I’m aloner” ujarku.

“lagu-lagu mereka bagus. Aku juga suka yang tattoo dan sweet holiday. Mereka berempat memang sudah bagus mulai dari debut” ujarnya.

“haha.. banget.. oh ya, umurmu berapa, DaeRa-ssi?” tanyaku.

Dia berpikir sejenak dan berkata. “20. waeyo?” ujarnya.

“hah? a.. aniyo.. apakah aku seharusnya memanggilmu oppa? Aku dua tahun lebih muda dapada dirimu. Tapi tiga bulan lagi usiaku genap 19” kataku.

“hahahahahhaha… nde? Baiklah. Tapi, kau semester dua kan sekarang?” tanyanya.

“ne. geure. Aku masuk akselerasi saat di SMA. Jadi sekarang aku magnae dikelas.” Ujarku.

~~Tell me why why why neoman wonhago ittjanha… No bye bye bye keureon seulpeun mareun hajima… I can try try try dashi doraondamyun… You know I want get get get your love~~

Suara ponsel DaeRa yang sekarang kupanggil oppa berbunyi lagi. Ekspresi kaget terlihat saat melihat siapa yang meneleponnya. “chamkammanneyo” ujarnya padaku.

“yoboseyo?” ujarnya.

“aa,, ne, eomma. Aku sedang makan siang sekarang.”

“nde? aniyeo.”

“mwo? Aigoo. Bisakah yeoja itu berhenti berkunjung kerumah?”

“aish.. bukan itu maksudku, eomma..”

“baiklah. Aku akan kesana.”

“ne”

Lalu dia menutup ponselnya dan memasukkannya kedalam saku celana.

“nugu?” ujarku.

“nae eomma. Dia menyuruhku untuk pulang. Huh.” Katanya kesal.

“arasseo. Turuti saja. Dia kan eomma mu, oppa” ujarku mengingatkan.

“ya. Aku tahu itu. Geundae, aku malas mengunjungi calon tunanganku.” Katanya.

Mataku terbelalak mendegar ucapannya. “nde?” ujarku tak percaya.

“ya! Jangan kira aku setuju dengan acara pertunangan ini. aku dipaksa oleh eomma dan aku sama sekali tak pernah menyukai yeoja itu.” Katanya.

Aku mengangguk. Tunangan di usia 20? Wah.

“wae?” tanyaku.

“huh. Dia masih SMA. Dan dia empat tahun dibawahku.” Ujarnya.

“mwo?” lagi-lagi aku hanya bisa terbelalak mendengarkan ucapannya. Berarti dia masih kelas 1 SMA.

“Neulhyo-a, apa kau mau membantuku untuk membatalkan acara pertunangan ini?” ujarnya tiba-tiba.

“nde? Kenapa aku?” tanyaku kaget.

“aku tak tahu mau meminta bentuan kepada siapa lagi. Karena aku masih belum siap dengan pertunangan ini. jebal, bantu aku” katanya.

“apa yang harus kulakukan?” tanyaku tiba-tiba. Tak tega juga akhirnya.

“kau berpura-puralah menjadi yeojachinguku” katanya.

“mwo? Eobseoyo! Tak adakah cara lain?” kataku menolak.

“eobseo. Dengan cara ini saja, eomma bisa membatalkan tunangan ini. Ayolah, aku belum siap untuk bertunangan dengan yeoja itu.” Katanya dengan memelas.

Aku menghela nafas. “hh.. baiklah, aku mau membantumu.” Kataku akhirnya.


_Neulhyo’s POV end_

--------

_DaeRa’s POV_

Aku melihat dia menghela nafas. Semoga dia mau.

“hh.. baiklah, aku mau membantumu.” Katanya.

Sebuah senyuman tersungging dari wajahku. “jinjja? Gomawo, Neulhyo-ssi” ujarku.

Lalu aku mengambil ponsel yang ada disaku celana. Dan aku menghubungi eomma lagi.

“mm.. yoboseyo, eomma” ujarku bersemangat.

“ne? yoboseyo? Ada apa, jagi?” Tanya eomma.

“ani, eumm.. aku sudah memiliki yeojachigu sekarang. Jadi aku mohon eomma membatalkan pertunangan itu” ujarku to the point.

“hah? Jeongmal? Kau kan baru saja bilang kemarin kalau kau belum punya calon” ujar eomma. Iya sih, memang aku belum punya.

“ne, geure. Tapi aku sekarang sudah memiliki yeojachigu. Aku tak mau dijodohkan dengan yeoja itu” kataku lagi untuk memastikan.

“aku ingin bertemu dengan yeojachingu-mu itu. Kau sekarang bersamanya?” Tanya eomma.

“ne.” ujarku singkat.

“joha. Bawa dia kerumah dan kenalkan pada eomma.” Perintah eomma.

“emm.. ba.. baiklah, eomma” ujarku akhirnya.

“ne. aku tunggu dirumah. Annyeong jagi” salam eomma.

“ne” balasku.

Lalu aku mematikan sambungan telepon dan meletakkannya diatas meja.

Yeoja didepanku ini melihatku dengan antusias. Ingin mendengar penjelasanku tentang obrolanku dengan eomma ditelepon barusan. Aku tak menjelaskan apapun padanya, dan hanya melihatnya balik.

“mwo?” ujarnya ketus.

“aniyeo. Ayo kita pergi” ajakku.

“hah? Kemana?” tanyanya bingung.

Aku mengambil kamee-chan dan mengalungkannya kembali dileher. Lalu memasukkan ponselku kecelana.

“ah, kerumahku.” Ujarku santai.

_DaeRa’s POV end_

------------------

_NeulHyo’s POV_

Aku melihat namja di depanku ini mengalungkan kamee-chan kembali kelehernya. Dan memasukkan ponsel miliknya itu kedalam celana.

“ah, kerumahku.” Ujarnya.

“ha? Mwo??” aku terbelalak-untuk kesekian kalinya-pada DaeRa oppa.

Dia melihatku santai. “wae? Ayo kita kerumahku. Apa kurang jelas?” ujarnya.

“untuk apa?” tanyaku lagi.

“eomma ku ingin bertemu denganmu”

“secepat itukah?” tanyaku sambil mengangkat sebelah alis.

“kau bilang kau mau membantuku. Kajja!” ajaknya. Dia berdiri dari kursi.

“i.. iya sih. Tapi nanti aku pulangnya bagaimana?” tanyaku lagi.

“sudahlah, kau hubungi saja orang tuamu. Nanti aku yang akan mengantarmu pulang. Sekarang kita kemobil” ajaknya. DaeRa oppa menjulurkan tangannya.

“ne, joha.” Aku menerima uluran tangannya itu dan berdiri.

Sejenak DaeRa oppa kaget karena aku mau menerima uluran tangannya itu. “nde?” tanyaku lagi.

“ah, aniyeo. Kajja jagiya! Hahahaha..” ujarnya sambil tertawa.

“ya! Aish! Mwoya jinjja~” desisku sambil mensejajarkan langakahnya yang terbilang cepat.

DEG!

Aku kenapa nih? Ige mwoya?


--------------------------------------------------------------

 -TBC-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar